Seorang Pelajar Sedang Mencontek Pada Saat Ujian di Kelas dengan Menyembunyikan Contekan di Belakang Tangan Kanannya
Foto: Google Images
Jendela Edukatif – Pendidikan seharusnya menjadi tonggak untuk mencapai cita-cita dan mengembangkan potensi, kini dihadapkan pada ancaman yang semakin meresahkan, yaitu adiksi menyontek. Di tengah tekanan untuk mencapai hasil akademik yang gemilang, banyak pelajar terutama dari kalangan remaja, terperangkap dalam jaring adiksi ini.
Adiksi menyontek bukan sekadar perilaku curang biasa dalam ujian atau tugas. Hal ini telah menjadi pandemik yang merusak integritas pendidikan. Pelajar yang terlibat dalam menyontek seringkali terjebak dalam lingkaran setan di mana kejujuran menjadi komoditas langka dan kemampuan belajar sejati merosot.
Dilansir dari Kumparan.com, praktik menyontek seringkali salah kaprah sebagai bentuk solidaritas. Sebagian percaya bahwa jika mereka tidak memberikan bantuan dalam menyontek, mereka akan dicap sebagai pelit dan berisiko diasingkan oleh teman-teman mereka. Situasi inilah yang membuat menyontek dianggap sebagai kewajiban meskipun pelajar itu sadar bahwa itu adalah perbuatan yang tidak etis.
Dampaknya tidak hanya terbatas pada kualitas pendidikan yang menurun secara keseluruhan, tetapi juga merusak proses pembelajaran yang seharusnya bermakna. Para pelajar yang adiksi menyontek tidak lagi fokus pada pemahaman konsep-konsep penting, melainkan hanya mencari jawaban yang tepat untuk mengakali sistem.
Selain merusak pendidikan, adiksi menyontek juga mengancam moral dan etika dalam dunia pendidikan. Pelajar yang terlibat dalam aktivitas ini mungkin akan membawa pola pikir yang salah dalam kehidupan mereka setelah menyelesaikan sekolah.
Baca Juga : Dunia Kuliah dan SMA, Apa yang Membedakanya?
Saat berbicara tentang masa depan pendidikan, penting untuk mengatasi adiksi menyontek ini dengan serius. Guru dan sekolah harus memberikan pendidikan tentang etika akademik dan menguatkan integritas pelajar. Selain itu, pengawasan yang ketat selama ujian dan tugas harus diterapkan secara konsisten dengan bantuan perangkat lunak deteksi plagiarisme jika diperlukan.
Masyarakat juga memiliki peran penting dalam mengatasi adiksi menyontek ini. Orang tua perlu memberikan pemahaman yang kuat tentang nilai kejujuran kepada anak-anak mereka dan mendukung upaya sekolah dalam memerangi praktik menyontek. Selain itu, para guru perlu memberikan pembelajaran yang menantang dan menarik sehingga pelajar merasa terdorong untuk belajar secara aktif daripada mencari jalan pintas dengan melakukan kecurangan.
Sumber: Kumparan.com
Penulis: Aradea Ibnu
Editor: Sabicha Ulinnuha
0 Comments