Kasus Bunuh Diri Pada Mahasiswa Meningkat: Penyebab Hingga Tindakan Pihak Universitas dan Komunitas Layanan Konseling

 

Ilustrasi Tindakan Bunuh Diri 

Foto: Google.com

Kasus bunuh diri marak terjadi tahun 2023. Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) menyebutkan sejak Januari hingga Mei 2023, polisi telah menindak 1.680 kasus penemuan mayat dan 451 kasus bunuh diri di seluruh Indonesia. Kasus tersebut meningkat dari Januari hingga April 2023. Baru-baru ini, dilansir dari iNews.com, ditemukan satu kasus bunuh diri yang dilakukan oleh mahasiswa di kos temannya pada Rabu (6/12). Korban tewas gantung diri dan ditemukan oleh pemilik kos. Kejadian serupa terjadi di Universitas Brawijaya dengan ditemukannya kasus bunuh diri mantan mahasiswa UB pada (14/12) lantaran disebabkan depresi. Selain itu, bunuh diri terjadi dilakukan oleh mahasiswa beberapa jam sebelum wisuda. Ia ditemukan tewas di kediamannya pada Senin (18/12). 




Bunuh diri disebabkan oleh beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal. Menanggapi maraknya kasus bunuh diri, setiap orang perlu peduli dengan kesehatan mental yang sering diabaikan. Dilansir dari kemenkes.go.id, kesehatan mental atau depresi merupakan masalah kejiwaan yang rentan dialami oleh remaja. 6,1% penduduk Indonesia berusia 15 tahun keatas mengalami gangguan kesehatan mental. Remaja yang tidak mampu menangani gangguan kesehatan mentalnya akan berujung pada kesakitan hingga kematian. 

CNN Indonesia : Mengupas Fenomena Bunuh Diri

AWAL BUNUH DIRI, DARI DEPRESI HINGGA SAKITI DIRI SENDIRI 

Fenomena Bunuh diri menjadi keprihatinan bagi masyarakat oleh seseorang yang ingin menghabisi hidupnya dengan berbagai caranya. Secundina Maya, Psikolog Anak dan Remaja, menyebutkan definisi mengenai bunuh diri. “Kalau definisi bunuh diri Berdasarkan dari American Psychological Association bunuh diri itu satu bentuk dari seseorang dengan cara membunuh dirinya sendiri yang diakibatkan oleh adanya tekanan. selain tekanan ada juga dari depresi dan mungkin ada penyakit mental yang memang mengikutinya. Secara keseluruhan, bunuh diri itu adalah tindakan yang disengaja untuk menghilangkan nyawa sendiri,” jelasnya

Bunuh diri tidak dipengaruhi oleh satu faktor akan tetapi beberapa faktor kompleks. Bagi mahasiswa, faktor tindakan ini belum bisa dikatakan berasal dari pendidikan, melainkan bisa saja berawal dari faktor lain seperti faktor sosial, lingkungan pertemanan, keluarga, dan lainnya. 

Fenomena ini sering ditemukan pada generasi z yang tidak lepas dengan segala aktivitas luarnya. “Bunuh diri itu banyak dari gen z, pada zaman corona orang itu tidak bisa melakukan banyak aktivitas dan bertemu orang. hal-hal tersebut bagi orang yang terbiasa bertemu dengan banyak ketemu banyak orang bisa membuat tertekan dan tidak jarang lebih rentan masalah kesehatan mental.” ujarnya. 

Kompleksnya tindakan ini tidak serta merta menjadikan bunuh diri sebagai solusi akhir, tetapi terdapat tahapan yang dilakukan seseorang untuk sampai pada tahap ini. “orang ga bisa langsung serta merta bunuh diri, itu ada tingkatannya. Yang pertama, biasanya ada permasalahan dia akan merasa stres dl ketika stres ga bisa dia atasi dia bisa naik langsung depresi. kalo depresi ga bisa ditangani sblm suicide dia akan melakukan self harm atau menyakiti diri sendiri, entah itu dengan menyayat tangannya atau anggota tubuhnya,   lalu yang terakhir baru suicide,” jelas Maya. 

PAYUNG BERCERITA SEBAGAI KOMUNITAS PEDULI KESEHATAN MENTAL

Hal tersebut menjadi sorotan salah satu komunitas peduli kesehatan mental di Yogyakarta, Payung Bercerita. Komunitas tersebut resmi berdiri pada 19 November 2023 dan memiliki anggota tim dari mahasiswa. Sejak November, komunitas ini memiliki 10 peserta aktif yang membutuhkan pendampingan untuk meminimalisir tindakan bunuh diri. 

Aprie Angeline (32), pendiri komunitas Payung Bercerita mengatakan bahwa bunuh diri merupakan sebuah jalan pintas yang diambil oleh ketika seseorang tidak lagi memiliki keputusan lain mengenai solusi dari permasalahannya.  Hal tersebut menjadi perhatian bagi setiap individu untuk peduli dengan teman sebayanya. “Cuma kalo kita mungkin memendam masalah atau gapunya teman untuk bercerita, kita terlalu mudah untuk berpikir jalan pintasnya,”ujar Angel. 

Berdirinya komunitas ini bertujuan untuk menjadi wadah pendampingan kesehatan mental bagi mahasiswa dan untuk meminimalisir adanya tindakan bunuh diri. Angel menambahkan, kurangnya kesadaran mahasiswa terhadap kesehatan mental sangat disayangkan karena mahasiswa berada dalam usia labil. “Tetapi mahasiswa malah banyak yang malas untuk ikut dan banyak dari mereka yang masih denial,” ujarnya. 

Senada dengan hal tersebut, Ratna Sulistyani, mahasiswa psikologi UIN Sunan Kalijaga menambahkan bahwa bunuh diri bukanlah sebuah solusi. Banyak hal lain yang dapat dilakukan untuk mencegah tindakan bunuh diri. Sebagai teman, selayaknya kita menemani dan memberikan dukungan agar menghindari kesempatan bunuh diri. “Biar dia tetap punya harapan dan tidak putus asa. Terus kita juga bisa ambil tindakan kaya ngajak dia pergi ke profesional kaya psikolog atau psikiater supaya segera dapat pertolongan dan sebisa mungkin kita bujuk,” tambahnya.  

PRAKTIK LAYANAN KONSELING MAHASISWA DI KAMPUS

Maraknya kejadian bunuh diri di kalangan mahasiswa mencuri perhatian dari pihak kampus, salah satunya adalah Universitas Sanatha Dharma. Sudah kurang lebih lima tahunan Universitas Sanatha Dharma menyediakan layanan konseling bagi para mahasiswanya yang memang membutuhkan bantuan konselor.

Ketika di temui di kampus 3 Sanatha Dharma, Maguwoharjo (18/12/2023), Siswo selaku Dosen Fakultas Psikologi sekaligus konselor layanan bimbingan konseling menjelaskan jika layanan bimbingan konseling di Sanatha Dharma sendiri sudah berdiri kurang lebih selama lima tahun. Di tahun ini ada sekitar 400-an mahasiswa yang mendaftar ke layanan konseling di Sanatha Dharma.

Alur pelayanan Layanan Konseling di Sanatha Dharma sendiri dimulai dari mahasiswa yang hendak melakukan layanan konseling mengisi daftar ke SIA (Sistem Informasi Akademik). Kemudian disana ia bisa menceritakan masalah yang dialami lewat SIA atau bisa juga dengan melakukan wawancara awal. Setelah tahu masalah yang dialami oleh mahasiswa, pihak layanan konseling Sanatha Dharma akan memilihkan konselor yang sesuai dengan masalah yang dialami. Setelah itu, akan ada pencocokan jadwal antara konselor dan klien hingga akhirnya terlaksana bimbingan konseling.

Walaupun sudah berjalan selama 5 tahun, Siswo menyatakan pelayanan konseling di Sanatha Dharma belum maksimal. ”Belum, karena  beberapa kali masih ada percobaan bunuh diri,” tutur Siswo. Menurutnya, hal ini karena belum adanya tim yang jelas untuk menangani kasus ini.

Siswo menjelaskan jika salah satu penyebab terjadinya kasus bunuh diri dikalangan mahasiswa adalah semakin besarnya tekanan sosial pada usia 20-an, baik dari orang tua maupun lingkungan sosial. Ketika seseorang merasa tidak bahagia, kesepian, pesimis, dan merasa jadi beban ini bisa menjadi pemicu seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri.

“Dalam Psikologi gangguan mental terjadi karena dua kombinasi faktor,” tutur Siswo. Dalam masalah ini beban kuliah memang bisa berpengaruh atas penyebab seseorang melakukan bunuh diri. Namun, menurut Siswo, tidak mungkin jika seseorang mengakhiri hidupnya hanya karena beban perkuliahan. “Tidak hanya satu faktor, at least dua faktor. Ibarat peluru di pistol, dia itu akan meletus kalo peluru diisi mesiu dan pelatuknya di tarik. Pasti ada kombinasi. Jadi ga mungkin karena masalah kuliah saja, lalu orang ingin mengakhiri hidupnya pasti ada masalah lain sebelumnya. Ya beban kuliah itu ibarat pelatuknya,” ujar Siswo. 

Terakhir Siswo juga berpesan kepada Mahasiswa untuk tetap menjaga pola hidup sehat mulai dari pola makan hingga pola tidur. Selain itu, penting untuk melakukan latihan untuk mengekspresikan perasaan yang kita punya agar hal tersebut tidak menekan diri sendiri. Karena dengan pola hidup yang sehat dapat membuat kita semakin baik dalam menyikapi masalah yang datang. 




Reporter:

  1. Naufal Syafi Rafif
  2. Naufan Ghifari
  3. Sabicha Ulinnuha

Editor: Aurelius Fransisco

Sumber: 

Pusiknas.polri.go.id

Sehatnegriku.kemenkes.go.id



Post a Comment

2 Comments

  1. perlu perhatian khusus pemerintah, krn menyangkut generasi muda

    ReplyDelete
  2. sehari rata'' 3 org bunuh diri, sgt disayangkan

    ReplyDelete